Januari 26, 2012

saya dan Jakarta

Ini tentang saya dan Jakarta, yang entah kenapa rasanya sangat sulit untuk menjadi sahabat. Sejak awal kedatangan saya disini, hingga hari ini, saya belum juga berhasil mencintai kota ini. Mungkin pepatah yang mengatakan bahwa "sesuatu yang kamu benci setengah mati, dan berusaha kamu hindari sebisa mungkin, akan berbalik mengikutimu, kemanapun kamu pergi" adalah benar. Dulu, sejak setahun yang lalu saya sudah sangat ingin meninggalkan Jakarta dengan segala kehidupan yang tidak pernah ramah. Saya bahkan berharap bahwa penempatan saya nanti jauh dari sini. 

Jakarta tidak pernah ramah. Setidaknya pada saya. Beberapa kali saya harus mengelus dada, banyak membaca istighfar dan kemudian menangis. Saya yang semula lahir dan tumbuh di kota sekecil dan senyaman Malang, harus bermigrasi ke Kota sebesar dan sekeras Jakarta hanya dengan bekal doa restu papa dan mama saya. Demi kebanggan mereka jugalah saya harus tetap menaklukkan kerasnya Jakarta.

Ini beberapa hal yang sempat membuat saya menangis dan hampir memutuskan menyerah dan kembali pulang:
  1. Ditipu taxi, berkali-kali, karena nggak tau jalan akhirnya diputer-puter sampe jauuh dan harus bayar berkali-kali lipat mahalnya.
  2. Dijambret orang pas lagi naik motor di jalan, harus merelakan Blackberry kesayangan menjadi milik si jambret dengan cuma-cuma.
  3. Berkali-kali hampir ditabrak pengendara mobil dan motor yang ugal-ugalan di jalanan.
  4. Kemalingan helm di kantor yang parkirannya tertutup untuk umum.
Dan beberapa kejadian lain yang kalau saya jabarkan semuanya tidak akan ada habisnya. Saya lelah, itu pasti. Saya ingin menyerah, itu juga. Tetapi saya masih punya tanggung jawab yang harus saya selesaikan disini di Jakarta. Kota yang bagi sebagian orang menawarkan kesuksesan dan kedigdayaan, sementara bagi sebagian sisanya hanya emninggalkan kemiskinan, kejahatan dan keterpurukan. Iya... disini, di Jakarta.


pict from here



Tidak ada komentar: