Desember 15, 2011

Batu Kecil Yang Mengganggu

Saya adalah orang yang mudah sekali panik, khawatir akan hal-hal yang bahkan belum terjadi, sedikit saja ada peringatan tentang keselamatan atau kenyamanan saya, saya pasti langsung merasa insecure. Saya tidak tau darimana mendapatkan warisan karakter ini, yang saya tau, papa saya adalah orang yang sangat tenang dalam menghadapi apapun.

Tapi tidak ada satu manusiapun yang terlahir sama, papa tentu saja berbeda dengan Kiko. Cara mereka menghadapi kepanikan saya pun berbeda. Papa selalu bisa menghadapi saya dengan sabar, tenang tapi selalu ada solusi gemilang, sementara Kiko berbeda. Kiko membutuhkan waktu untuk meredam emosinya yg timbul karena kepanikan saya. Tapi akan memberi yang terbaik untuk saya setelah itu.

Ketika menuliskan ini saya baru saja tenang dari rasa panik. Iya, saya panik sekali karena hampir kehilangan banyak teman. Kali ini saya tengah diberi ujian, melalui seorang teman yang saya kenal di tempat kerja. Saya nggak perlu cerita kronologisnya, yang jelas temen saya ini punya semangat sangat luar biasa, sayangnya semangat yang salah, semangat untuk menjatuhkan orang lain, yaitu saya.Saya tidak tahu apa motivasinya, saya tidak pernah merasa menyakitinya, dan sayapun sudah meminta maaf secara pribadi kalau kalau saya pernah menyakiti dia tanpa saya sadari. Tapi dia bilang, " nggak ada apa-apa kok". Sialnya dia tetap melancarkan aksinya dengan mempengaruhi teman-teman yg lain untuk menjauhi saya. Lama kelamaan saya pun lelah menanggapinya. Saya serahkan masalah ini pada Allah, saya juga menyerahkan penilaian atas diri saya terhadap teman-teman yang dia hasut. Alhamdulillah teman-teman saya adalah orang yang pandai, mereka orang berpendidikan dan punya pemikiran yang maju, alih alih menjauhi saya, mereka malah mendukung saya untuk tetap sabar dan menganggap teman yg unik itu angin lalu.

Dari situ saya belajar untuk lebih hati-hati terhadap orang lain, karena tidak semua orang suka dengan keberadaan kita. Saya lebih menjaga sikap, perkataan dan hampir semua hal. Saya harap tidak ada lagi orang seperti dia, teman saya yang unik itu. Biar menjadi urusan Allah saja. Mungkin ini yang dinamakan proses pengenalan, saya mengenal dia dulu sebelum saya terlanjur mempercayakan tawaran persahabatan untuknya.

Dan untuk kamu, seorang gadis yang dengan sukarela telah berusaha mempengaruhi banyak orang untuk membenci saya, terimakasih. Karena kamu telah menunjukkan pada saya betapa kamu adalah seseorang yang tidak layak untuk dipercaya dalam segala aspek hidup. Terimakasih karena kamu telah semakin mendekatkan saya pada teman-teman terbaik saya dengan cara yg tidak pernah saya bayangkan, dan maaf, kalau cara kamu itu tidak pernah berhasil membuat saya takut, mundur, lalu kehilangan banyak hal berharga dalam hidup saya. Maafkan saya kalau saya pernah menyakiti kamu tanpa saya sadari, dan saya sudah memaafkan kamu untuk segala kekacauan yang sudah kamu timbulkan karena keisenganmu meracuni pikiran banyak orang. Saya anggap kita impas, kalau kamu masih merasa saya berhutang padamu, mungkin kita bisa menyelesaikannya di kehidupan yang akan datang, umm... tidak, maaf, saya tidak mau lagi bertemu kamu di kehidupan manapun setelah ini.

hhhff.... *tariknafas* lega =)
Nb: Untuk Hany, Mba' Ita, Mba' nuni, Nela, Iqbal dan semua teman baikku yang tidak pernah terhasut, terimakasih. Saya paling mensyukuri nikmat Allah yang satu ini, memiliki kalian dan semua ketulusan kalian. =*

Tidak ada komentar: