Senjanya memerah indah Ken..”
“Ya.. seindah mata kucing yang kau punya..”
“Ken..apa kau akan tetap disini sampai kita tua?”
Hening… hanya udara yang berdesis, nafas yang teratur…
“Sas.. bagaimana jika aku meninggalkanmu?”
“Aku mati..” Ken tertegun.. diam-diam memasukkan undangan yang dia bawa ke jaketnya.
Ia lalu menggenggam tangan Sasi dengan peluh menetes di dahi, pernikahannya sebentar lagi dan Sasi belum tau..
Ken tahu persis siapa Sasi, dia akan melakukan apapun yang dia ucapkan.
Kali ini.. jika dia bilang dia akan mati maka dia akan benar-benar mati…
Senja tidak lagi merah.. sepertinya Tuhan tengah mencoba warna lain pada alamnya, senjanya kelabu..
Seperti hati Ken… 

calon istrinya ditemukan meninggal dengan sepuluh luka tusukan dan bola mata dicongkel
Tepat dua hari setelah ia menyampaikan undangan pernikahannya pada Sasi…


***
Ken sudah rapi.. bersiap duduk di depan sebuah meja..
Dia siap menikahinya..
Sasi.. yang sudah membunuh ke empat calon istrinya….
Dengan mas kawin… sebuah kalung berliontin hati.. berisi darah keempat calon istri yang gagal dinikahinya…. 



 
Putri…