Juni 14, 2011

Dialog di teras Halim

Cinta itu tolol ya mbak?” tanyanya tanpa menoleh
” Iya, cinta itu tolol, dan kita lebih tolol, karna masih percaya cinta”
” Ya, bahkan setelah disakiti, dihancurkan, dan dianggap tidak berharga”
” Kenapa dia pilih yang cantik ya Va?”
” Karna dia ingin bisa menikmati wajah gadisnya setiap waktu”
” Kalau cantik tapi goblok?”
” Gobloknya akan tertutup sempurna mbak..”
” Rasanya dia makin jauh Va.. “
” Dia juga minta aku jadi pacar gelapnya mba’..”
” Apa kita tolol karena masih ngotot cinta sama mereka?”
” Entah mba’ biar saja.. buatku.. mencintai dalam diam akan lebih baik.. kamu juga begitu kan?”
” Iya.. membiarkan saja rasa kagumnya seperti ini, mengalir tanpa coba kuhentikan..aku mau menikmati waktu yang sementara tanpa memaksakan hati..nanti akan lupa dengan sendirinya.”
” Dunia itu kecil mbak.. jangan berharap lebih..”
” Begonya karna kita pake hati.. bukan otak”
” Cinta urusanya sama hati mbak, dia ga kenal sama otak.. beda dunia”
” Jangan dipaksakan, melupakan atau mengejarnya sampai dapat cuma akan nambah ke-tololan kita”
” Ya mbak.. biarkan saja mengalir.. prosesnya akan sangat nikmat buat kita”
” Apapun hasilnya nanti.. aku cuma akan mencintai dia diam-diam…”
” Biar saja begini mbak…”
” Mungkin mencintai dalam diam akan mengurangi rasa sakit yang akan timbul setelah penolakan..”
” Ya.. itu point-nya mbak..”
Di teras itu.. semalam.. kami berkomunikasi lewat hati kami masing-masing, aku dan dia yang kupanggil Va. Kami berdialog dalam diam, karna kami berbeda..Gadis yang kupanggil Va itu nyata dan ada..sedang aku..
Ah Sial!!!… bagaimana aku bisa lupa? Aku sudah meninggal dua ratus hari yang lalu..



 
Putri…

Tidak ada komentar: